Siapa orangnya saat ini yang tidak kenal dengan sosok pelatih
Indra Syafri.Sukses menukangi timnas dilevel junior dengan menjuarai
AFF U-19 beberapa waktu lalu dan lolos keputaran final piala asia untuk kategori yang sama membuat nama pria berusia 50 tahun ini melejit tak terkendali.Seluruh masyarakat Indonesia baik dikota maupun pelosok-pelosok daerah hampir semua mengelu-elukan namanya.Bukan karena kemenangan-kemenangan yang terus diraih oleh anak asuhnya saat bertanding,tapi kekaguman publik sepakbola negeri ini lebih kepada bagaimana bisa beliau mampu menghadirkan 11 “mesin” dilapangan hijau yang bermain dengan passion tinggi,semangat juang yang membara dipadukan dengan skill,stamina dan mental yang luar biasa.
Seperti mesin,ya memang itulah ungkapan kata yang pas untuk menggambarkan kegilaan anak-anak muda ini.Tentunya kita masih ingat seperti apa konsistensi stamina yang disuguhkan Garuda Jaya saat bertemu Vietnam di final AFF U-19 lalu.Bukan hanya 2 x 45 menit tapi sampai kemenit 120 pun mereka tetap bermain dengan stamina layaknya pertandingan baru berlangsung.Mau bicara kecepatan dan skill mengolah kulit bundar maka kita akan serentak menjawab bahwa apa yang disuguhkan oleh mayoritas anak-anak daerah ini sungguh berada dilevel yang berbeda dari timnas-timnas yang kita punya selama ini.Bukannya ingin membandingkan dengan para pendahulu mereka,tapi jujur harus kita katakan baru kali inilah setelah sekian waktu lama kita berani bermimpi kembali untuk menjadi “sesuatu” dikancah Sepakbola Internasional.Jika semuanya berjalan dengan lancar serta direstui oleh Yang Maha Kuasa maka mimpi untuk menjadi Macan Asia lewat sentuhan anak-anak muda ini akan secepatnya terwujud.Apa yang telah dilakukan
Indra Syafri benar-benar telah melambung asa kita semua.
Indra Syafri telah berhasil mengangkat mutiara-mutiara sepakbola Indonesia yang berserakan dan meletakkannya ketempat yang seharusnya.Uniknya mutiara-mutiara terpendam tersebut didapat dengan cara yang tidak lazim yang biasa dilakukan oleh negara-negara yang terkenal dengan tradisi sepakbolanya,yaitu dengan cara blusukan lalu kemudian mengumpulkan potensi-potensi pemain yang berserakan disegenap penjuru daerah..Timnas U-19 adalah bukti nyata dari munculnya pemain berbakat yang tidak melalui pembinaan ideal.Padahal kita pahami semua untuk membangun timnas yang kuat kita memerlukan fondasi pembinaan yang baik dari usia dini sampai ke level atas secara berkesinambungan.Dengan begitu maka fondasi sepakbola akan tegak kokoh dan akan terus bermunculan generasi emas tanpa terputus-putus.Walaupun cukup fenomenal namun model blusukan dan comotan pemain seperti yang dilakukan
Indra Syafri untuk kedepannya tidak bisa diandalkan terus-menerus.
Adalah seorang yang bernama Taufik Jursal Effendi Ketua Umum Asosiasi Sekolah Sepakbola Indonesia ( ASSBI) mengemukakan pandangannya terkait masalah ini.Menurutnya seharusnya untuk pembinaan usia muda kita sudah punya kerangka utama.Taufik pernah bertemu almarhum Kardono di akhir masa jabatannya sebagai ketua PSSI dirumah beliau Cipanang.Pada saat itu Kardono mengatakan harus ada kompetisi karena sepakbola itu olahraga berat.Dalam sepakbola ada 3 unsur penting ; lari, lompat dan intelegensia.Putusan Evan dimas membawa bola atau mengumpan itu dilakukan dengan cepat tak bisa menunggu-nunggu.Ini dibutuhkan orang-orang yang punya kemampuan,endurance yang kuat dan intelegensia yang bagus.Untuk mengasah itu semua kompetisi menjadi penting.Lewat kompetisi-kompetisi usia muda inilah seharusnya PSSI bisa menjaring pemain-pemain berbakat untuk dibina lebih lanjut.Tugas PSSI menjadi mudah karena kebanyakan kompetisi saat ini hanya digulirkan oleh pihak swasta,tinggal PSSI nya saja yang bersedia untuk mengirimkan pemandu bakat guna mencari pemain-pemain tersebut.Namun untuk kedepannya PSSI sebagai lembaga sepakbola tertinggi tanah air lah yang berkewajiban mengawal program pembinaan usia muda ini. Tidak bisa hanya mengandalkan dari pihak swasta saja yang menggulir kompetisi,karena kompetisi tersebut hanya dilakukan dikota-kota besar,sementara daerah-daerah masih belum tersentuh.Hal ini disadari betul oleh
Indra Syafri yang akhirnya memaksa beliau untuk blusukan kedaerah-daerah terpencil serta turun naik lereng gunung demi menemukan bakat-bakat terpendam yang terabaikan selama ini.Sudah seharusnya pengurus PSSI didaerah-daerah didorong keras untuk menggulirkan kompetisi.Minimal mereka wajib menggelar kompetisi didua level usia.Jika mereka abai,maka masih menurut Taufik sebaiknya pengurus PSSI daerah tersebut dikenai hukuman hilang hak suara dalam kongres.Beliau mencontoh apa yang telah dilakukan di ASSBI,ada 24 perwakilan komite daerah,yang menggulirkan kompetisi hanya 12 maka yang diundang ke nasional hanya ke 12 komite daerah tersebut.Mereka inilah yang kita anggap menyumbangkan saham nyata bagi sepakbola Indonesia.
Membaca kisah hidup seorang Taufik Jursal dan keterkaitannya yang dalam terhadap sepakbola Indonesia maka kita akan menemukan banyak kemiripan dengan kisah
Indra Syafri.Sempat meniti karier awal sepakbola sebagai pemain FC Gumarang dan FC Jayakarta sebelum banting stir kedunia perkuliahan dan meninggalkan sepakbola.Keputusan itu diambil karena Taufik muda menilai saat itu kurang bisa berkompetisi dengan pemain-pemain yang jauh lebih bertalenta.Bukan karena beliau menyerah tapi lebih kepada mengukur kemampuan diri sendiri.Meskipun begitu saat masa-masa kuliah Taufik tetap bersentuhan dengan kulit bundar.Kecintaannya dengan sepakbola tak bisa luntur begitu saja bahkan Ia sempat mendirikan Liga Mahasiswa Jakarta pada tahun 1980,ketika itu liga diikuti 17 perguruan tinggi.Setelah wisuda Taufik sempat tak berurusan dengan sepakbola lagi.Kariernya menanjak tinggi,mulai dari sekretaris pribadi Duta Besar sampai menjadi kepala Divisi Entertainment Pasaraya Blok M.Namun pada tahun 1994 kecintaan pada sepakbola yang mengalir didarahnya membawanya tercebur kembali kesana setelah bertemu dengan Ronny Pattinasarany.Pada saat itu Taufik kebetulan mendaftarkan anaknya disekolah sepakbola yang dibina mantan pemain timnas era 70-an itu.Setelah pertemuan itu akhirnya Taufik memutuskan untuk meninggalkan kursi empuk diperusahaannya dan fokus untuk mengurus pembinaan pemain muda dengan gaji pekerjaan tersebut sekitar 1,7 juta.Angka yang jauh dibawah dari gaji pekerjaan sebelumnya.Sempat istri beliau merasa gundah dengan biaya hidup rumah tangga mereka,namun Taufik meyakinkan bahwa rezeki itu nanti pasti ada.Jalan itu semakin terbuka setelah berkenalan dengan Yusuf Rizal,ketua umum pengembangan olahraga anak.Sempat pula dua kali mengikuti seminar di Malaysia dan program pengembangan pemain muda yang diadakan Asosiasi Federasi Sepakbola Asia.
Pada tahun 2009 Taufik mendirikan ASSBI dengan misi untuk mengangkat sepakbola Indonesia lewat jalan pembinaan ditingkat akar.Ia gemas melihat bakat-bakat yang dimiliki anak-anak kecil Indonesia yang ia jumpai saat mendampingi timnas U-12 hingga U-16.Dimatanya kemampuan teknik dan visi pemain lima tahun terakhir cukup menjanjikan,tidak kalah dari anak-anak dari negara yang sepakbolanya maju.Dari pantauannya saat berkunjung kedaerah-daerah tanah air menurutnya banyak bakat luar biasa yang sayang ditelantarkan dan harus dibina serius karena potensi itu besar,bukan pepesan kosong.Sampai disini kita melihat betapa sama dan seiramanya visi dan misi antara Taufik Jursal selaku ketua ASSBI dengan
Indra Syafri selaku pelatih Timnas U-19.Banyak diantara kita mengakui bahwa dinegeri yang berpenduduk 235 juta pasti ada banyak potensi-potensi pemain berbakat yang belum tersentuh,namun tidak banyak yang sanggup melakukan seperti apa yang dilakukan oleh kedua orang ini.Mencari sendiri dan menjemput calon pahlawan olahraga itu dari asalnya dengan segala keterbatasan.Apa yang dilakukan Taufik dan
Indra sudah seharusnya menyadarkan semua pihak yang terkait dengan sepakbola Indonesia bahwa untuk memajukan sepakbola negeri ini tidak bisa hanya setengah-setengah,semua harus mendukung pembinaan usia muda,merawat dan memelihara aset-aset pemain muda dan memunculkan pada saat yang tepat untuk membawa prestasi sepakbola negeri ini ke level tertinggi.
Jika
Indra Syafri punya ambisi membawa
Indonesia ke
Piala Dunia U-20 2015 maka Taufik sendiri punya mimpi indah untuk meloloskan Indonesia pada Piala Dunia U-17 2017 mendatang.Ini diwujudkan dalam pencanangan program “ Mission For Go to Word Cup U-17 dari desa menuju Piala Dunia.ASSBI ia usahakan untuk menggelar kompetisi di 33 provinsi untuk menjaring 330 pemain dan membuat data base pemain U-12 sampai U-14.Sungguh niat baik dari anak bangsa ini harus didukung sepenuhnya.Seharusnyalah PSSI menyerahkan urusan pembinaan pemain kepada orang-orang seperti mereka.Akhirnya sekali lagi kita patut berbangga,karena setelah
Indra Syafri kini ada Taufik Jursal Effendi untuk asa sepakbola Indonesia.